Minggu, 31 Mei 2009

KH. Q. Ahmad Syahid




KH. Q Ahmad Syahid adalah salah seorang Ulama yang begitu hormat terhadap al-Qur'an, serta beliau sangat mencintai al-Qur'an. beliau mengajarkan para santrinya agar selalu khidmat terhadap al-Qur'an. yang sangat saya kagumi dari beliau, beliau selalu menangis ketika membacakan ayat-ayat al-Qur'an yang menceritakan tentang siksa. dan beliau juga selalu menangis ketika menceritakan tentang sejarah Nabi Muhammad SAW. semoga Allah selalu menurunkan berkahnya kepada Beliau. amiin

Minggu, 10 Mei 2009

Bosan Hidup

Seorang pria mendatangi Sang Master, "Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati."

Sang Master tersenyum, "Oh, kamu sakit."

"Tidak Master, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati."

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Master meneruskan, "Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, 'Alergi Hidup'. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan."

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.

Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.

"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku." demikian sang Master.

"Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup." pria itu menolak tawaran sang guru.

"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?"

"Ya, memang saya sudah bosan hidup."

"Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang."

Giliran dia menjadi bingung. Setiap Master yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.

Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut "obat" oleh Master edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Begitu rileks, begitu santai!

Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau.

Suasananya santai banget!

Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, "Sayang, aku mencintaimu."

Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi.

Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Sang istripun merasa aneh sekali Selama ini, mungkin aku salah. "Maafkan aku, sayang."

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Boss kita kok aneh ya?" Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda.

Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan.

Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu."

Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, "Pi, maafkan kami semua. Selama ini, Papi selalu stres karena perilaku kami."

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?

Ia mendatangi sang Guru lagi.

Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, "Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan.

Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan."

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!!!

Hidup?

Bukanlah merupakan suatu beban yang harus dipikul?. Tapi merupakan suatu anugrah untuk dinikmati

Nabi Muhammad SAW

oleh Michael H. Hart

(100 Tokoh berpengaruh di dunia)


Nabi Muhammad saw adalah satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.

Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.

Sebagian besar dari orang-orang yang tercantum di dalam buku ini merupakan makhluk beruntung karena lahir dan dibesarkan di pusat-pusat peradaban manusia, berkultur tinggi dan tempat perputaran politik bangsa-bangsa. Muhammad lahir pada tahun 570 M, di kota Mekkah, di bagian agak selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu merupakan daerah yang paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan. Menjadi yatim-piatu di umur enam tahun, dibesarkan dalam situasi sekitar yang sederhana dan rendah hati. Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa Muhamnmad seorang buta huruf. Keadaan ekonominya baru mulai membaik di umur dua puluh lima tahun tatkala dia kawin dengan seorang janda berada. Bagaimanapun, sampai mendekati umur empat puluh tahun nyaris tak tampak petunjuk keluarbiasaannya sebagai manusia.

Umumnya, bangsa Arab saat itu tak memeluk agama tertentu kecuali penyembah berhala Di kota Mekkah ada sejumlah kecil pemeluk-pemeluk Agama Yahudi dan Nasrani, dan besar kemungkinan dari merekalah Muhammad untuk pertama kali mendengar perihal adanya satu Tuhan Yang Mahakuasa, yang mengatur seantero alam. Tatkala dia berusia empatpuluh tahun, Muhammad yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa ini menyampaikan sesuatu kepadanya dan memilihnya untuk jadi penyebar kepercayaan yang benar.

Selama tiga tahun Muhammad hanya menyebar agama terbatas pada kawan-kawan dekat dan kerabatnya. Baru tatkala memasuki tahun 613 dia mulai tampil di depan publik. Begitu dia sedikit demi sedikit punya pengikut, penguasa Mekkah memandangnya sebagai orang berbahaya, pembikin onar. Di tahun 622, cemas terhadap keselamatannya, Muhammad hijrah ke Madinah, kota di utara Mekkah berjarak 200 mil. Di kota itu dia ditawari posisi kekuasaan politik yang cukup meyakinkan.

Peristiwa hijrah ini merupakan titik balik penting bagi kehidupan Nabi. Di Mekkah dia susah memperoleh sejumlah kecil pengikut, dan di Medinah pengikutnya makin bertambah sehingga dalam tempo cepat dia dapat memperoleh pengaruh yang menjadikannya seorang pemegang kekuasaan yang sesungguhnya. Pada tahun-tahun berikutnya sementara pengikut Muhammad bertumbuhan bagai jamur, serentetan pertempuran pecah antara Mektah dan Madinah. Peperangan ini berakhir tahun 630 dengan kemenangan pada pihak Muhammad, kembali ke Mekkah selaku penakluk. Sisa dua setengah tahun dari hidupnya dia menyaksikan kemajuan luar-biasa dalam hal cepatnya suku-suku Arab memeluk Agama Islam. Dan tatkala Muhammad wafat tahun 632, dia sudah memastikan dirinya selaku penguasa efektif seantero Jazirah Arabia bagian selatan.

Suku Bedewi punya tradisi turun-temurun sebagai prajurit-prajurit yang tangguh dan berani. Tapi, jumlah mereka tidaklah banyak dan senantiasa tergoda perpecahan dan saling melabrak satu sama lain. Itu sebabnya mereka tidak bisa mengungguli tentara dari kerajaan-kerajaan yang mapan di daerah pertanian di belahan utara. Tapi, Muhammadlah orang pertama dalam sejarah, berkat dorongan kuat kepercayaan kepada keesaan Tuhan, pasukan Arab yang kecil itu sanggup melakukan serentetan penaklukan yang mencengangkan dalam sejarah manusia. Di sebelah timurlaut Arab berdiri Kekaisaran Persia Baru Sassanids yang luas. Di baratlaut Arabia berdiri Byzantine atau Kekaisaran Romawi Timur dengan Konstantinopel sebagai pusatnya.

Ditilik dari sudut jumlah dan ukuran, jelas Arab tidak bakal mampu menghadapinya. Namun, di medan pertempuran, pasukan Arab yang membara semangatnya dengan sapuan kilat dapat menaklukkan Mesopotamia, Siria, dan Palestina. Pada tahun 642 Mesir direbut dari genggaman Kekaisaran Byzantine, dan sementara itu balatentara Persia dihajar dalam pertempuran yang amat menentukan di Qadisiya tahun 637 dan di Nehavend tahun 642.

Tapi, penaklukan besar-besaran --di bawah pimpinan sahabat Nabi dan penggantinya Abu Bakr dan Umar ibn al-Khattab-- itu tidak menunjukkan tanda-tanda stop sampai di situ. Pada tahun 711, pasukan Arab telah menyapu habis Afrika Utara hingga ke tepi Samudera Atlantik. Dari situ mereka membelok ke utara dan menyeberangi Selat Gibraltar dan melabrak kerajaan Visigothic di Spanyol.

Sepintas lalu orang mesti mengira pasukan Muslim akan membabat habis semua Nasrani Eropa. Tapi pada tahun 732, dalam pertempuran yang masyhur dan dahsyat di Tours, satu pasukan Muslimin yang telah maju ke pusat negeri Perancis pada akhirnya dipukul oleh orang-orang Frank. Biarpun begitu, hanya dalam tempo secuwil abad pertempuran, orang-orang Bedewi ini -dijiwai dengan ucapan-ucapan Nabi Muhammad- telah mendirikan sebuah empirium membentang dari perbatasan India hingga pasir putih tepi pantai Samudera Atlantik, sebuah empirium terbesar yang pernah dikenal sejarah manusia. Dan di mana pun penaklukan dilakukan oleh pasukan Muslim, selalu disusul dengan berbondong-bondongnya pemeluk masuk Agama Islam.

Ternyata, tidak semua penaklukan wilayah itu bersifat permanen. Orang-orang Persia, walaupun masih tetap penganut setia Agama Islam, merebut kembali kemerdekaannya dari tangan Arab. Dan di Spanyol, sesudah melalui peperangan tujuh abad lamanya akhirnya berhasil dikuasai kembali oleh orang-orang Nasrani. Sementara itu, Mesopotamia dan Mesir dua tempat kelahiran kebudayaan purba, tetap berada di tangan Arab seperti halnya seantero pantai utara Afrika. Agama Islam, tentu saja, menyebar terus dari satu abad ke abad lain, jauh melangkah dari daerah taklukan. Umumnya jutaan penganut Islam bertebaran di Afrika, Asia Tengah, lebih-lebih Pakistan dan India sebelah utara serta Indonesia. Di Indonesia, Agama Islam yang baru itu merupakan faktor pemersatu. Di anak benua India, nyaris kebalikannya: adanya agama baru itu menjadi sebab utama terjadinya perpecahan.

Apakah pengaruh Nabi Muhammad yang paling mendasar terhadap sejarah ummat manusia? Seperti halnya lain-lain agama juga, Islam punya pengaruh luar biasa besarnya terhadap para penganutnya. Itu sebabnya mengapa penyebar-penyebar agama besar di dunia semua dapat tempat dalam buku ini. Jika diukur dari jumlah, banyaknya pemeluk Agama Nasrani dua kali lipat besarnya dari pemeluk Agama Islam, dengan sendirinya timbul tanda tanya apa alasan menempatkan urutan Nabi Muhammad lebih tinggi dari Nabi Isa dalam daftar. Ada dua alasan pokok yang jadi pegangan saya. Pertama, Muhammad memainkan peranan jauh lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang peranan Nabi Isa terhadap Agama Nasrani. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran pokok moral dan etika Kristen (sampai batas tertentu berbeda dengan Yudaisme), St. Paul merupakan tokoh penyebar utama teologi Kristen, tokoh penyebarnya, dan penulis bagian terbesar dari Perjanjian Lama.

Sebaliknya Muhammad bukan saja bertanggung jawab terhadap teologi Islam tapi sekaligus juga terhadap pokok-pokok etika dan moralnya. Tambahan pula dia "pencatat" Kitab Suci Al-Quran, kumpulan wahyu kepada Muhammad yang diyakininya berasal langsung dari Allah. Sebagian terbesar dari wahyu ini disalin dengan penuh kesungguhan selama Muhammad masih hidup dan kemudian dihimpun dalam bentuk yang tak tergoyangkan tak lama sesudah dia wafat. Al-Quran dengan demikian berkaitan erat dengan pandangan-pandangan Muhammad serta ajaran-ajarannya karena dia bersandar pada wahyu Tuhan. Sebaliknya, tak ada satu pun kumpulan yang begitu terperinci dari ajaran-ajaran Isa yang masih dapat dijumpai di masa sekarang. Karena Al-Quran bagi kaum Muslimin sedikit banyak sama pentingnya dengan Injil bagi kaum Nasrani, pengaruh Muhammad dengan perantaraan Al-Quran teramatlah besarnya. Kemungkinan pengaruh Muhammad dalam Islam lebih besar dari pengaruh Isa dan St. Paul dalam dunia Kristen digabung jadi satu. Diukur dari semata mata sudut agama, tampaknya pengaruh Muhammad setara dengan Isa dalam sejarah kemanusiaan.

Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukkan, selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu.

Dari pelbagai peristiwa sejarah, orang bisa saja berkata hal itu bisa terjadi tanpa kepemimpinan khusus dari seseorang yang mengepalai mereka. Misalnya, koloni-koloni di Amerika Selatan mungkin saja bisa membebaskan diri dari kolonialisme Spanyol walau Simon Bolivar tak pernah ada di dunia. Tapi, misal ini tidak berlaku pada gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab. Tak ada kejadian serupa sebelum Muhammad dan tak ada alasan untuk menyangkal bahwa penaklukan bisa terjadi dan berhasil tanpa Muhammad. Satu-satunya kemiripan dalam hal penaklukan dalam sejarah manusia di abad ke-13 yang sebagian terpokok berkat pengaruh Jengis Khan. Penaklukan ini, walau lebih luas jangkauannya ketimbang apa yang dilakukan bangsa Arab, tidaklah bisa membuktikan kemapanan, dan kini satu-satunya daerah yang diduduki oleh bangsa Mongol hanyalah wilayah yang sama dengan sebelum masa Jengis Khan

Ini jelas menunjukkan beda besar dengan penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab. Membentang dari Irak hingga Maroko, terbentang rantai bangsa Arab yang bersatu, bukan semata berkat anutan Agama Islam tapi juga dari jurusan bahasa Arabnya, sejarah dan kebudayaan. Posisi sentral Al-Quran di kalangan kaum Muslimin dan tertulisnya dalam bahasa Arab, besar kemungkinan merupakan sebab mengapa bahasa Arab tidak terpecah-pecah ke dalam dialek-dialek yang berantarakan. Jika tidak, boleh jadi sudah akan terjadi di abad ke l3. Perbedaan dan pembagian Arab ke dalam beberapa negara tentu terjadi -tentu saja- dan nyatanya memang begitu, tapi perpecahan yang bersifat sebagian-sebagian itu jangan lantas membuat kita alpa bahwa persatuan mereka masih berwujud. Tapi, baik Iran maupun Indonesia yang kedua-duanya negeri berpenduduk Muslimin dan keduanya penghasil minyak, tidak ikut bergabung dalam sikap embargo minyak pada musim dingin tahun 1973 - 1974. Sebaliknya bukanlah barang kebetulan jika semua negara Arab, semata-mata negara Arab, yang mengambil langkah embargo minyak.

Jadi, dapatlah kita saksikan, penaklukan yang dilakukan bangsa Arab di abad ke-7 terus memainkan peranan penting dalam sejarah ummat manusia hingga saat ini. Dari segi inilah saya menilai adanya kombinasi tak terbandingkan antara segi agama dan segi duniawi yang melekat pada pengaruh diri Muhammad sehingga saya menganggap Muhammad dalam arti pribadi adalah manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia.

Bidadari untuk Umar Bin Khathab

Umar r.a. adalah salah satu dari sahabat Rasulullah SAW. Semenjak ia memeluk islam kaum muslimin seakan memperoleh suatu kekuatan yang sangat besar. Sejak itulah mereka berani sholat dan thowaf dika'bah secara terang-terangan. Umar r.a. adalah seorang yang waro', ia sangat teliti dalam mengamalkan Islam. Umar r.a. mempelajari surah Al-Baqoroh selama 10 tahun, ia kemudian melapor kepada Rasulullah SAW, "wahai Rasulullah SAW apakah kehidupanku telah mencerminkan surah Al-Baqoroh, apabila belum maka aku tidak akan melanjutkan ke surah berikutnya". Rasulullah SAW menjawab, "sudah..."!. Umar r.a. mengamalkan agama sesuai dengan kehendak Allah SWT. Karena kesungguhannya inilah maka banyak ayat di Al-Qur'an yang diturunkan Allah SWT berdasarkan kehendak yang ada pada hatinya, seperti mengenai pengharaman arak, ayat mengenai hijab, dan beberapa ayat Al-Qur'an lainnya.

Rasulullah SAW seringkali menceritakan kepada para sahabatnya mengenai perjalannya mi'raj menghadap Allah SWT. Beliau SAW sering pula menceritakan bagaimana keadaan surga yang dijanjikan Allah SWT kepada sahabat-sahabatnya. Suatu hari ketika Rasulullah SAW dimi'rajkan menghadap Allah SWT malaikat Jibril AS memperlihatkan kepada Beliau SAW taman-taman surga. Rasulullah SAW melihat ada sekumpulan bidadari yang sedang bercengkrama. Ada seorang bidadari yang begitu berbeda dari yang lainnya. Bidadari itu menyendiri dan tampak sangat pemalu. Rasulullah SAW bertanya kepada Jibril AS, "wahai Jibril AS bidadari siapakah itu"?. Malaikat Jibril AS menjawab, "Bidadari itu adalah diperuntukkan bagi sahabatmu Umar r.a.". Pernah suatu hari ia membayangkan tentang surga yang engkau ceritakan keindahannya. Ia menginginkan untuknya seorang bidadari yang berbeda dari bidadari yang lainnya. Bidadari yang diinginkannya itu berkulit hitam manis, dahinya tinggi, bagian atas matanya berwarna merah, dan bagian bawah matanya berwarna biru serta memiliki sifat yang sangat pemalu. Karena sahabat-mu itu selalu memenuhi kehendak Allah SWT maka saat itu juga Allah SWT menjadikan seorang bidadari untuknya sesuai dengan apa yang dikehendaki hatinya".

Sabtu, 25 April 2009

Diri yang menggugat

Oleh : Cak Kandar

Dia yang terkapar dilantai zaman yang semakin gersang, tertelungkup penuh dengan kotoran sehingga sudah tak terkenali lagi siapa dia. Tubuhnya dipenuhi dengan balutan-balutan identitas yang kemudian menjadikannya tak dikenali. Dia terbaring di kamar sempit karena isi ruang-ruang besar telah dipenuhi oleh kepalsuan dan semunya pakaian. Ia dicampakkan dan sangat tidak dihiraukan lagi karena kalah dengan glamornya dunia. Dia di simpan rapat-rapat dalam laci gelap karena mengganggu keberadaan pandangan dunia. Dia kesepian, dia sakit, bahkan dia mati!, karena tidak pernah diberi makan, dijenguk dan disapa. Dia dibiarkan saja menyendiri tanpa pernah dimengerti. Diamkan begitu lama, dimasabodohkan sekian masa, dibuang dan disingkirkan begitu saja.

Kita yang telah membuangnya begitu bangga dengan pakaian yang semu dan fana. Merasa terhormat dengan singgasana kesombongan dan pangkat kekerdilan. Begitu asyik menikmati ketidakjelasan dan kesalahan tempat, kegamangan orientasi dan kekacauan berfikir. Teralu mengagung-agungkan otak, kafasihan bibir bertutur dan menganggap yang ada hanya yang tampak mata saja. Kita terus memesrai keramian dunia yang sebenarnya hanya sementara. Kita melupakan apa yang seharusnya diingat dan mengerjakan apa yang semestinya disingkiri. Ya, begitulah kita yang telah lupa dan terlena dengan keadaan. Terpesona dengan indahnya kulit pakaian, tertipu oleh bayangan.

Dia tak pernah dimintai lagi nasehat, karena nafsu telah menjadi pujangganya. Dia tak lagi dipandang karena dia tidak menjanjijikan keuntungan duniawi. Dia dibiarkan sendiri, dilupakan, diabaikan dan disepelekan. Dia tidak pernah dijenguh apalagi diberi makan dan minum. Dia dininabobokkan. Namun Kini, sambil merangkak dia justru bangkit mencoba menyapa Kita yang membuangnya. Menampakkan wajahnya agar Kita mulai mengenalinya lagi. Dia justru terus berusaha mengenalkan dirinya meskipun masih sering ditendang dan dibuang. Ia terus mencoba masuk, menerobos keramaian jaman, menerjang kagaduhan dunia dengan tetap menyediakan ruang untuk disingkirkan. Bahkan kini dia berteriak kencang meneriaki kita yang sudah meninggalkannya begitu jauh hanya karena mengejar fatamorgana.

Dia kini hadir bersama suatu masa yang sangat nyata keindahan, kesejukkannya, dan juga keberkahannya. Datang bersama masa yang sangat didamba dan dinanti oleh setiap kita yang mengaku sebagai manusia. Masa tempat mengolah jiwa dan raga. Masa dimana bisa berenang di lautan pahala. Masa yang menjanjikan nilai tiada terkira. Akan tetapi akankah dia dengar? Akankah dia diterima? Akankah dia rasakan keberadaanya? Akankah adanya kembali diadakan? Terserah kita! Yang jelas setiap saat dia terus menyapa dan memanggil-manggil kita. Dia senatiasa setia ada dalam setiap manusia. Dan yang jelas dia terus meronta dan menggugat kita!

Kyai jeung Bambang

Kyai: wilujeng sumping menak..!

Bambang: pangersa.. nampi nuhun, ditampi ku kaula.

Kyai: bade tumaros ieuteh, saha nami teh?

Bambang: kaula teh, Bambang Jaya Sentika.

Kyai: dimana linggih?

Bambang: justru kaula teh teu gaduh tempat.

Kyai: ah teu mungkin..!

Bambang: naha aki nyebut teu mungkin?

Kyai: biasana ari ditaroskeun tempatmah, aya weh…unggal jelema ge.

Bambang: kaula bieu nyebut teh teu boga tempat?

Kyai: muhun..!

Bambang: bujeng hingga kaula boga tempat, da kaula ge lain nu kaula, istuning ‘diri sasampiran, awak sasampaian, umur ukur gagaduhan, saliring-liring dumadi, saringkak jeung sapari-pola, kaulateh kagungan gusti’

Kyai: ee..e..e..! mawa ka jero yeuh budakteh.

Bambang: ari aki saha kakasihteh?

Kyai: ari katelahmah, ngaran aki teh Kyai ajar padang.

Bambang: oh Kyai ajar padang..!

Kyai: ari maksad menak kadieu teh aya naon?

Bambang: maksad kaula teh, bade naroskeun bab elmu nu teu acan kaharti ku kaula.

Kyai: oh..kitu

Bambang: kaula teh nuju haus ku elmu, lapar ku pangabisa.

Kyai: sae.. budak ngora mah kudu kitu.

Bambang: kaula the mendak katerangan.

Kyai: katerangan naon?

Bambang: ieu kateranganteh, sabda na kanjeng Rasul.

Kyai: kumaha eta dawuhanana?

Bambang: saur kanjeng Rasul “umat kami bakal jadi sababaraha golongan, anu katarima ku pangeranteh ngan hiji.”

Kyai: da enya..

Bambang: tah kaula teh rek naroskeun, golongan mana nu bakal katarima teh?

Kyai: katarima kusaha?

bambang: ku pangeran.

Kyai: sakitu?

Bambang: nu kadua, jalma nu iman jeung nu taqwa teh nu kumaha?

Kyai: jero hungkul ieu pertanyaan teh.

Bambang: katilu, naon hartosna iman, jeung naon hartosna taqwa? Sabab nu ku kaula didenge-denge ku kaula, ngan kudu i..man weh jeung taqwa, tapi bari teu dibejakeun naon eta iman, jeung kudu kumaha?

Kyai: jadi teu dibejakeun eta iman jeung taqwa teh?

Bambang: muhun.

Kyai: atuh boroning nu ngadenge eta katerangan, jigana nu nersngkeunage biheung apaleun, sabab karek sabatas maca hungkul.

Bambang: kaopat, naon pangna agama di ka kamanusakeun?

Kyai: ngan punten bilih salah.

Bambang: ah ulah bilih salah, sing jentre weh ki..!

Kyai: da aki teh sarua weh jelema, teu cicing dina sifat langgeng, teu cicing dina hiji martabat, entong boro ayeuna jeung isuk, ayeuna jeung jam hareup, jelemamah moal apal.

Bambang: cing atuh ki..! naha golongan mana nu bakal katarima teh?

Kyai: katarima kusaha?

Bambang: ku pangeran.

Kyai: da pangeranmah moal narima golongan.

Bambang: naha?

Kyai: tadi ceuk katerangan? kumaha cing sakali deui..!

Bambang: umat kami..

Kyai: umat kami..

Bambang: bakal jadi..

Kyai: bakal jadi..

Bambang: sababaraha golongan.

Kyai: keun neupi eta weh heula, ‘umat kami bakal jadi sababaraha golongan’

Bambang: enya..

Kyai: tah nu sababaraha golongan teh umatna.. eta the.!

Bambang: oh..umatna?

Kyai: umatna keneh etateh.

Bambang: ‘nu katarima ku pangeran ngan hiji’

Kyai: aya bahasa golongan didinya?

Bambang: teu aya..!

Kyai: berarti nu katarima the lain golongan.

Bambang: jadi nu kumaha atuh nu ditarima ku pangeran teh?

Kyai: nu iman weh.. jeung nu taqwa.

Bambang: enya..atuh ari kitumah carana.

Kyai: kahartos?

Bambang: kahartos.

Kyai: ieu mah misalna..

Bambang: kumaha?

Kyai: ayeuna golongan, misalna jadi 73 golongan nu katarima ngan hiji..! sabaraha hiji nu teu katarima?

Bambang: 72..!

Kyai: tuh geuning..salah

Bambang: naha?

Kyai: angger weh.. 73 nu teu katarimamah, sabab tadi ge lain golongan nu ditarimamah, tapi nu iman jeung nu taqwa. Ngan ieu iman jeung taqwa teh teuing aya digolongan mana..!

Bambang: ari jalma nu iman jeung nu taqwa teh nu kumaha?

Kyai: jelema nu salilana migawe kana parentah pangeran, jeung anu salilana ngajauhan larangan pangeran.

Bambang: oh..kitu

Kyai: enya.

Bambang: nu katilu. Naon hartosna iman jeung taqwa?

Kyai: hartosna iman teh percaya.. ngan percaya dimana geus nyaho jeung apal.

Bambang: percaya teh?

Kyai: percaya the dimana geus nyaho, geus apal, jeung geus nyata. Kakara percaya, ari can yakin mah ulah waka percaya,sabab bisi dibobodo kubatur.

Bambang: contona?

Kyai: “alhamdulillahi rabbil ‘aalamin” naon hartosna?

Bambang: “sadayana puji kagungan Allah, nu ngurus sadaya alam.”

Kyai: saha nu ngurus teh?

Bambang: nya Allah..

Kyai: tuh da salah..!

Bambang: naha emang ceuk anjeun saha?

Kyai: naha rek dikamanakeun kecap “kun fayakun” lamun pangeran kudu ngurus keneh mah?

Bambang: kan ceuk katerangan ge kitu. “sagala puji bagi Allah nu ngurus sadaya alam”

Kyai: ‘sadayana puji kagungan Allah, nu ngurus sadaya alam’

Bambang: enya..

Kyai: kumaha upami urang contohan..?

Bambang: kumaha contona?

Kyai: eta topi, kagungan bambang. Nu nutupan kana sirah” saha nu nutupan teh?

Bambang: nya topi..

Kyai: topi.?

Bambang: enya.

Kyai: yakin?

Bambang: yakin.

Kyai: tah “sadaya puji kagungan Allah, nu ngurus sadaya alam” jadi saha nu ngurus teh?

Bambang: nya Allah..!

Kyai: tuh geuning… singhoreng anjeun manusa nu goblog teh…!!

Bambang: eh.. naha kasar kitu geuning ki..?

Kyai: punten…! Goblog aki mah beda jeung goblog budak ngora,

Bambang: goblog aki emang kumaha?

Kyai: lain goblog kasar, jeung nyarekan, tapi aki mah goblog ieu ngandung harti lir ibarat ngaput baju teu make ukuran, kadang-kadanag sereg, kadang-kadang logor. Ari logor goblog tea, ari gobog teu mejehna, jadi anjeun jelema nu can meujeuhna. Bongan teu daek dikotektak, bongan da nuduhna kanu jauh.. bongan da nyawangna kanu anggang.. padahal ceuk katerangan “jelema dimana ngaji ulah kaluar tina dirina, lamun manusa ngaji kaluar tina dirina, maka bakal sasar eta manusa, mun di dunya geus sasar, bakal linglung ke di akhirat.”

Bambang: naha anu mana atuh nungurus teh?

Kyai: sategesna lain Allah tapi “puji” nu ngurus teh. Enya hakekatnamah Allah nu ngurus teh, tapi cara jelema ngurus ieu alam dunya teh ku puji.

Bambang: puji?

Kyai: puji.

Bambang: kumaha kanyataannana?

Kyai: geura pek lamun anjeun ayeuna muji tangkal sampe, heug seukeutan, tuluy cecebkeun, tah bakal ngurus ka urang, geus sataun ala..!

Bambang: oh kitu nya..!

Kyai: puji dimana urang keur lempang, aya nu nangkring di jalan, carana muji teh ‘punten..’ ceuk nu nangkring teh ‘mangga wilujeng..!’ maka bakal ngurus eta jelema ka urang. Coba lamun teu nyebut ‘punten’, derr weh nu nangkring the jelemana geureuhan ‘eh siyah..jiga hayam wae, teu punten-punten acan lempangteh’. Nu leumpang babari kasinggung ‘ngomong naon siyah bieu teh?’, tungtungna pasea..weh..! tah eta ngaruksak sadaya alam.

Bambang: aduh..! le..res ari kitumah.

Kyai: ari carana muji, urang kudu ngahormat ka sasama manusa. hormateun teh aya tilu: kasaluhureun, kasapantareun, jeung kasahandapeun. ngahormat ka kasaluhureun.. keur tanyakeuneun jeung pentaeun,ngahormat ka sapantareun.. keur batur keueung jeung batur pakumaha, ngahormat ka sahandapeun.. keur bereeun jeung titaheun.

Bambang: leres pisan nya ki..?

Kyai: boroning muji ka sasama manusa..! ti kotok kudu di puji.

Bambang: naha ki?

Kyai: cing aki rek nanya..!

Bambang: naon?

Kyai: ti kotok nu kumaha nu geuleuh the?

Bambang: nu bau..?

Kyai: lain..

Bambang: nu medok?

Kyai: lain..

Bambang: nu kumaha atuh?

kyai: nu saeutik..! coba lamun tilu treuk? bakal jadi pupuk di sawah.

Bambang: leres pisan nya aki..!

Kyai: matak ulah ngewaan urangmah cu..! ulah geureuhan, ulah syirikan, pidik, dengki, kaniaya, jail, angguran geura prak geura hormat.

Bambang: leres ki..

Kyai: nu matak dordarna golongan ieu jeung itu, dilantarkeun parebut paham, parebut bener. Ari bener can kapimilik, eri pasea diheuleakeun.!

Bambang: leres pisan aki..

Kyai: contona:ceuk golongan ieu haram ngukus teh (meuleum menyan), ceuk golongan ieu heunteu. Bari padahal tiu kitu wae dipaseakeun..

Bambang: da enya atuh, ngukusmah haram..!

Kyai: haram?

Bambang: enya.

Kyai: ceuk saha?

Bambang: da puguh teu aya dina katerangan..!

Kyai: euweuh..?

Bambang: enya..!

Kyai: ari dina katerangan aya dawuhan kieu,

Bambang: kumaha?

Kyai: “hei manusa-manusa, teu meunang maneh ngukus, sabab ngukus teh haram” aya katerangan kitu?

Bambang: teu aya..!

Kyai: naha atuh pangeran teu ngaharamkeun tapi manusa ngaharamkeun?

Bambang: aduh.. enya atuh.

Kyai: jadi yakin.. ieu teh manusa na anu goblog.

Bambang: timbalan aki..! jadi ngukus the teu haram?

Kyai: heunteu.! Tah lamun aya jelema nu ngaharamkeun kanu ngukus, eta jelema teh jelema sasar.

Bambang? Etateh.?

Kyai: ari pangeran teu ngaharamkeun, ari manusa ngaharamkeun.

Bambang: ari nu sok ngukus?

Kyai: lamun nu sok ngukus (meuleum menyan), tapi niatna menta disalametkeun ku pangeran, menta dibere rizki ku pangeran, menta dibere rizki ka karuhun, menta disalametkeun ka karuhun. eta nu ngukus teh linglung..!

Bambang: naha nu ngukus disebut linglung?

Kyai: lamun niatna nu bieu..!

Bambang: apan aya kateranganana.. menta ka pangeran.

Kyai: naon?

Bambang: “prak araranjeun geura menta ka kaula.!”

Kyai: menta naon?

Bambang: nya menta rizki..!

Kyai: saha nu geus dibere ku pangeran?

Bambang: geuning batur ge barareunghar? Matak kitu ge geus dibere ku pangeran

Kyai: tanyakeun kanu beunghar, ‘ieu teh dibere ku pangeran, atawa meunang ikhtiar?’. Lamun enyamah dibere ku pangeran, tanyakeun, ‘sagede kumaha panangana pangeran teh?’. Sabab ari hukumna dibere teh: hiji nu mikeun, dua nu mere, tilu barangna. Jadi kudu kasaksi. Sabab kanyataanana, urang ka dunya the teu mawa nanaon..! cing ari anjeun jeung sampe, ka dunya heula mana?

Bambang: heula sampeu..

Kyai: heula sampeu?

Bambang: enya..!

Kyai: yakin?

Bambang: yakin.

Kyai: naha atuh menta deui ka pangeran..?

Bambang: na kumaha atuh?

Kyai: carana menta teh, geura pigawe parentahna, jeung geura jauhan laranganna. Sapertina urang haying boga sampeu, geura pelak sampeu, tuluy urus, ameh jadina alus. Jadi cara menta ka pangeran teh kudu daek ikhtiar.

Bambang: kumaha lamun urang menta disalametkeun ka pangeran?

Kyai: menta disalametkeun ka pangeran?

Bambang: enya..!

Kyai: kumaha lamun ceuk pangeran, “lamun maneh haying salamet, kudu bener weh hirup.!’ Sedengkeun geus aya pituduhnateh nyaeta al-Quran jeung as-Sunnah.

Bambang: ari eta menta rejeki ka karuhun?

Kyai: ari ceuk pamadeugan anjeun, saha karuhun the?

Bambang: jelema nu geus paeh..

Kyai: boroning menta rejeki kanu paeh, kanu hirup ge geus hese.

Bambang: lamun menta disalametkeun ka karuhun?

Kyai: kumaha lamun karuhuna baheulana urut jelema doraka, ‘boroning nyalametkeun sia, aing ge keur ripuh..!’ ceuk karuhun teh.

Bambang: naha kudu kumaha atuh tekadna dimana urang ngukus?

Kyai: tekadna ngukus teh, baca ku anjeun..! eta the simbul kana wujud, siloka kana awak, silib kana diri. Jeung ngukus the lan agama, tapi adat. Ngan tina adat kudu jadi pamadeugan.

Bambang: contona?

Kyai: ari rupa haseup?

Bambang: bodas.

Kyai: ari rupa areng?

Bambang: hideung.

Kyai: ari rupa seuneu?

Bambang: koneng.

Kyai: ari rupa ruhak?

Bambang: beureum.

Kyai: aya leuwihna ti eta?

Bambang: teu aya..!

Kyai: tuh geus opat rupa, nandakeun: amarah, lawamah, sawiyah, jeung muthma’inah.

Bambang: leres pisan atuh ki.

Kyai: Ari menyan the seungit.

Bambang: ari ceuk kaula mah bau jurig deuih..!

Kyai: geus panggih jeung jurig?

Bambang: encan.!

Kyai: tuh geus nipu maneh.. anjeun..! ari jeung jurig can panggih, ari ngambeuna eunggeus. Eta mah lain bau jurig, tapi kadorong tina rasa kangewa anjeun, ka manusa nu sok ngukus. Ari ngewa teh salah cu..!

Bambang: leres ki..!

Kyai: aya nu meuleum menyan, kaambeunateh seungit. Ari seungit teh karesep ghaib..

Bambang: karuhun?

Kyai: lain..! tapi karesep ghaib ‘ambeu’ nu aya tina irung urang. Cing ari ngambeu ti kotok bakal kumaha?

Bambang: bakal dipempet..!

Kyai: tuh.. ari nu bau mah teu beukieun geuning.! maksudna urang kudu saling seungitan, jeung saling majukaeun.

Bambang: muhun pisan atuh ki.!

Kyai: jeung jelema nu ngaharamkeun ngukus, etateh jelema sasar.

Bambang: naha nu ngaharamkeun ngukus disebut sasar?

Kyai: heueuh ari pangeran teu ngaharamkeun, tapi manusa ngaharamkeun?

Bambang: enya ceuk kaula ge pedah euweu katerangannana.

Kyai: euweuh?

Bambang: teu aya.

Kyai: cing aya katerangan kieu:

Bambang: kumaha?

Kyai: “hei manusa-manusa, geura arudud anjeun.!”

Bambang: teu aya..!

Kyai: naha atuh manusa beut ararudud?.meureun sarua weh..eta ge bid’ah. Geus ulah udud-udud acan, geus ulah dibaju-baju acan, lamun jelema loba kangewa.

Bambang: enya atuh..

Kyai: jadi urang iman the percaya dimana geus nyaho. Ari ngkus the adat karuhun urang. Karuhun teh mere bacaeun keur diri urang. Nu pentingmah, nu sok ngukus keunbae.. da moal nanaon.

Bambang: ari nu tara ngukus?

Kyai: nu tara ngukus? Keun bae.. da moal nanaon. Nu pentingmah nu sok ngukus jeung nu tara ngukus jelemana sing akur..! kapan pemerintahan ge geus nganjurkeun, yen urang the kudu ngahiji antara kasatuan jeung persatuan. Matak urang hijikeun.

Bambang: naon nu kudu dihijikeun?

Kyai: tekadna, ucapna, lampahna. Tah nu tilu ieu teh ulah pakia-kia tah nu tilu teh, kudu babarengan, ameh kaditunage runtut raut.

Bambang: enya..!

Kyai: nu matak didieu.. ceuk dina katerangan urang kudu ngucapkeun “Mahasuci Allah” 33x.

Bambang: enya..?

Kyai: subhanallah, subhanallah, maha suci Allah, maha suci Allah. Tuluy weh urang nyebutkeun kitu..!. kumaha lamun urang ngucapkeun “maha suci Allah” ku Allah dijawab, “heueuh sia nu kotorna”

Bambang: na kumaha contona?

Kyai: nu matak didinya ge 33, ari 33 the direndengkeun 3 jeung 3. Sabab dina wujud urang ge kabeh 33: 1 irung 2 ambeu 3 nungambeu, 1 panon 2 awas 3 nu awas, 1 ceuli 2 denge 3 nu ngadenge. Singkatnamah: 1 ucap 1 tekad 1 lampah. Hijikeun kabeh tah.. suikeun kabeh, kakara kaditunage ngaguluyur.

Bambang: ari hartosna taqwa?

Kyai: hartina taqwa teh, milih kana jalan anu hiji, nu lempeng turta bener.

Bambang: enya ki..!

Kyai: kahartos?

Bambang: karasa..

Kyai: nya sukur weh.. ari geus karasamah.

Bambang: tah ayeuna nu ka opat, naon pangna agama di kamanusa keun?

Kyai sabab manusa mah makhluq anu dibedakeun jeung makhluq nu lain. Diancikan akal, budi, pikiran, rasa, jeung perasaan. Sabab manusa mah kabeh sampurna. Benerna manusa the leuwih ti sato, jeung salahna manusa ge leuwih ti sato.

Bambang: naha jahatna manusa leuwih ti sato?

Kyai: leuwih..

Bambang: naha?

Kyai: cing nyatakeun..! ayeuna aya domba dimana maling sampeu, nya beuti na ongkoh, nya daun ongkoh, nya pagerna dirusak. Aya domba nu kitu?

Bambang: teu aya.!

Kyai: domba mah dimana maling sampeu ngan saukur daunna hungkul. Tapi jelema can beutina, tuluy daunna, jaba pagerna diruksak. Tuh jelema mah leuwih jahat ti batan sampeu.

Bambang: enya..nya.!

Kyai: ayeuna aya, boh sapi atawa munding nyokel jandela, tuluy maok tv jeung radio, neupikeun maehan nu boga imah?

Bambang: teu aya.

Kyai: jelema mah aya nya?

Bambang: aya.

Kyai: tuh jelema mah jahatna leuwih ti sato, jeung benerna oge leuwih ti sato.

Bambang: leres ki..!

Kyai: kaharti?

Bambang: kahartos pisan aki..

Kyai: matak ulah sasar, ulah linglung. Anu pentingmah taluktik diri ti kiwari, kotektak awak ti ayeuna. Sahubungan jeung katerangan, dimana manusa geus apal kana dirina, maka eta jelema bakal apal ka pangeran. Dimana jelema geus apal ka pangeran, maka baka ngarasa diri bodo. Lain bodo teu bias maca nuis, tapi bodonateh teu umakau, teu umaing, teu guminter, teu jumago, teu boga rasa ieu aing uyah kidul. Salilana sumerah jeung pasrah.

Bambang: enya?

Kyai: cing kaula rek nanyakeun, ari sumerah jeung pasrah kudu kasaha?

Bambang: nya kudu ka pangeran.

Kyai: ka pangeran?

Bambang: enya.

Kyai: pangeran the nu kagungan.

Bambang: enya.

Kyai: maenya ayeuna masrahkeun kanu kagunganana?

Bambang: jadi kudu kasaha atuh?

Kyai: apan matak itu di bikeun ka urang the, da geus teu butuheun..

bambang: naha kudu kasaha atuh?

Kyai: kudu kana hukum-hukum anjeuna.

Bambang: oh enya..!

Kyai: sumerah jeung pasrahteh kudu kana hukumna. Ayeuna lamun urang sumerah jeung pasrah ka pangeran, kumaha lamun pangeran ngajawab, “manehteh tong boro tina sumerahna, tina heunteuna ge da nu aing.!” Jadi pasrah mah kanu hukumna. Jadi turut parentahana, jeung jauhan larangana. Ameh salamet di dunya jeung diakhirat.

Bambang: hatur nuhun aki. Dina semet ayeuna kaula rek ngaku guru lahir jeung bathin.

Kyai: nuhun jang..!